4 Hal Penting Sebelum Kamu Mulai Menyusun Tujuan dan Rencana Hidupmu
Pernah nggak sih, ngerasa hidup kok begitu-begitu aja, ngalir tanpa tahu nanti kemana semua ini bakal bermuara? Sakali dua kali, kita mungkin pernah ngelirik orang-orang di sekitar, mungkin teman, kakak kelas, bahkan adik kelas, “Kok mereka keren ya, bisa ngarahin hidup mereka sendiri dengan tujuan hidup yang jelas?”
Selamat, setidaknya kamu sudah masuk dalam salah satu fase penting. Mark Twin pernah ngomong gini, “Dua hari paling penting yang terjadi dalam hidupmu adalah hari saat kamu dilahirkan dan hari saat kamu mengetahui mengapa kamu dilahirkan.”
Pertanyaannya, gimana sih caranya biar kita tahu tujuan hidup kita apa? Proses menentukan tujuan hidup itu gimana? Hal-hal mendasar apa yang membuat kita memilih A sebagai tujuan hidup, bukan B apalagi C? Terus, gimana caranya kita bisa yakin kalau tujuan hidup yang kita pilih itu adalah tujuan hidup yang benar dan bukan tujuan hidup yang salah?
Tapi sebelum kamu ngebahas itu semua, ada empat hal mendasar nih yang mungkin perlu kamu ketahui sebelum mulai merencanakan tujuan dan rencana hidupmu ke depannya. Empat hal mendasar ini, sangat dekat dengan kita, bahkan sering dan berulang-ulang kita baca, minimal 17 kali dalam satu hari. Allah sudah mengajarkannya ratusan bahkan ribuan tahun silam. Tinggal gimana kita mau mentadabburinya. Ya, semuanya ada dalam intisari surat Al Fatihah, surat yang menjadi pembuka seluruh surat yang ada dalam Al Quran.
1. Luruskan niat, niatkan karena Allah
Bagian pertama surat Al Fatihah, dimulai dengan sebuah statement, “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”. Kata “dengan” digunakan sebagai kata hubung dan kata keterangan atau adverb, seperti pada kalimat “aku menulis dengan pensil”. “Aku” sebagai subjek, “menulis” sebagai prediket dan “dengan pensil” sebagai kata keterangan yang menjelaskan dengan apa “aku” menulis.Secara gramatikal, kalau kita perhatiin susunan kalimat ayat pertama ini seolah nggak lengkap. Suatu kalimat, setidaknya harus dibangun oleh satu subjek dan satu prediket. Tapi coba perhatiin lagi ayat pertama dari Al Fatihah ini. Kalimat ini bahkan dimulai hanya dengan kata keterangan, tanpa subjek dan tanpa prediket. Kok gitu ya?
Imam At Thabari menjelaskan di kitab tafsirnya, Jami’ul Bayan ‘an Ta’wilil Quran, kerennya bacaan basmalah di ayat pertama Al Quran itu justru karena subjek sama prediketnya nggak dituliskan secara kontekstual. Subjek dan prediket pada bacaan basmalah menyesuaikan konteks aktivitas yang sedang atau bakal kita lakuin. Misal kalau mau makan, maka subjek dan prediketnya jadi “Saya makan dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.” Kalau mau berangkat sekolah atau kuliah, kalimatnya berubah menjadi, “Saya berangkat dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”. Begitupun saat kita pengen nentuin tujuan hidup, kemudian sebelum ber-ikhtiar kita baca basmalah, maka arti kalimatnya menjadi “Saya ikhtiarkan A sebagai tujuan hidupku dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”. Hal ini senada dengan hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan beberapa perawi lainnya.
“Setiap perkara yang tidak dimulai dengan Bismillahirrahmanirrahim maka perkara itu ditolak.”
Ini yang jadi jawaban kenapa ayat pertama Al Fatihan ini nggak ada subjek sama prediketnya. Bila kita kaitkan dengan langkah-langkah atau proses kita nentuin tujuan hidup kita apa, maka mulailah dengan nama Allah, mulailah dengan meniatkan hal yang bakal kita lakuin itu karena Allah. Karena,
“Amalan-amalan itu hanya tergantung pada niatnya. Dan setiap orang itu hanyalah akan dibalas berdasarkan apa yang ia niatkan.” H.R. Bukhari dan Muslim
Saat segala sesuatu diniatkan karena Allah, pedagang tak akan curang dalam timbangan, petani tak akan bermalas-malasan, PNS dan pejabat tidak akan korupsi, tak akan selewengkan uang rakyat walaupun tidak ada yang melihat. Begitu yang dijelaskan oleh Ustadz Abdul Somad di salah satu kajiannya.
Bayangkan bila itu juga kita lakuin dalam proses menentukan dan menjalani tujuan hidup yang kita pilih, kita tidak akan bermalas-malasan karena yakin dengan janji Allah yang sangat besar, kita tidak akan menzhalimi orang lain demi sebuah keuntungan karena kita tahu Allah selalu melihat segala aktivitas kita, kita tidak akan sombong saat keberhasilan sudah kita raih karena kita tahu semua itu pemberian Allah dan hanyalah titipan, begitu juga kita tidak akan putus asa saat menghadapi kegagalan karena kita yakin bahwa Allah tidak pernah menyia-nyiakan usaha hamba-Nya.
Jadi, pelajaran pertamanya adalah, sebelum kamu nentuin tujuan hidupmu apa, niatkan dulu untuk Allah. Karena dengan begitu, kamu akan punya tempat bersandar saat orang-orang memilih tak mau tahu, akan punya tempat meminta pertolongan saat orang-orang memilih acuh, akan punya tempat mencurahkan keluh kesah saat semua orang enggan mendengarkan, dan akan punya tempat untuk bersyukur saat kesuksesan itu berhasil kamu raih.
2. Kenali Ia, Agar Kamu Lebih Dekat dengan-Nya
Bagian selanjutnya dari Surat Al Fatihan bisa kita lihat pada ayat 2 sampai 4. Di tiga ayat ini, kita dikenalkan, “Allah yang jadi muara semua niatan kita itu, siapa sih?”. Diibaratkan kalau kita pengen kuliah, nggak mungkin dong kita kuliah tapi kagak tahu mau kuliah dimana. Atau misalnya mau belanja bahan dapur, nggak mungkin kan kita pergi ke tempat gym, atau ke sekolah sekalipun. Sudah pasti, kita bakal ke pasar atau warung yang jual bahan-bahan masakan. Sama kayak konteks sebelumnya, saat kita pengen niatin sesuatu karena Allah, nggak mungkin dong kita ngelakuin-nya tanpa tahu Allah itu siapa.3. Kenali Eksistensimu Sebagai Manusia
Selanjutnya, ayat kelima surat Al Fatihah menjadi sebuah ayat yang sangat penting buat ngelihat betapa kerennya surat Al Fatihah, yang mana ini juga menjadi alasan kenapa kita ngebahas empat hal mendasar yang perlu kamu perhatiin sebelum kamu nentuin tujuan hidupmu, dari kacamata surat Al Fatihah.Tadi kita udah ngebahas, kalau bagian pertama surat Al Fatihah ngejelasin tentang siapa itu Allah. Bahwa segala pujian hanya untuk-Nya, Dialah yang dipertuankan, bahwa Dia sangat peduli dan penuh cinta, bahwa Ia tidak menghukummu begitu saja, tetapi akan ada hari kiamat. Nah, kesimpulan dari semua ini apa?
“Aku ingin menjadi hamba-Mu”
Ya kan? Nah, dalam bahasa Arab, kalimat ini bisa kita terjemahkan menjadi,
“Hanya kepada-Mu lah aku menyembah.” yang merupakan salah satu penggalan ayat kelima dari surat Al Fatihah.
Setelah kamu mengenal Allah itu siapa, tahu kemana semua niat aktivitasmu kamu berikan, tidak cukup sampai di situ, buat kamu bisa nentuin tujuan hidupmu apa, kamu juga harus tau eksistensimu sebagai manusia, makhluk yang diciptakan Allah itu untuk apa. Mungkin sesekali kamu pernah kepikiran begini, “Kenapa ya saya yang akhirnya diciptakan Allah, padahal ada jutaan sperma yang berlomba-lomba saat masa pembuahan? Kalau pun saya yang terpilih, kenapa Allah menciptakan saya dalam wujud manusia, bukan ikan misalnya?” Nah pertanyaan-pertanyaan semisal ini akan mengarahkanmu pada jawaban eksistensimu sebagai manusia itu apa sih.
Mungkin ini adalah pertanyaan filosofis, yang proses mencari jawabannya butuh waktu yang tidak sebentar. Namun beruntunglah, Allah udah ngasih jawabannya dalam Al Quran. Jawabannya ada di surat Adz Dzariyat ayat 56.
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka menyembah kepada-Ku?” Q.S. Adz Dzariyat (51) : 56
Balik lagi ke poin pertama tadi. Karena, sudah seharusnya semua hal yang kita lakuin, semuanya diniatkan karena Allah. Saat segala sesuatu diniatkan karena Allah, dari perkara yang kecil seperti sikat gigi, makan, ngisi bensin motor, sampai perkara besar seperti kuliah, menikah, bekerja, semua aktivitas ini bakal bertransformasi menjadi aktivitas yang dinilai ibadah.
Nah, sekarang semuanya jadi nyambung, kan? Kita diciptain buat ibadah. Nah ibadah ini sendiri artinya luas. Jadi dokter juga ibadah. Jadi guru ibadah. Jadi presiden juga ibadah. Balik lagi ke poin pertama, semua tergantung niatnya gimana. Kalau diniatkan karena Allah, apapun cita-cita yang nanti kamu pilih, insyaAllah bakal jadi ibadah.
Jadi, sebelum kamu mulai nentuin tujuan hidupmu apa, kenali eksistensimu sebagai manusia. Kenapa ini penting? Karena dengan begitu kita menjadi sadar bahwa kita hanyalah makhluk yang lemah. Kita adalah manusia yang berposisi sebagai penyembah, bukan yang disembah. Ini juga bakal menjadi salah satu jalan agar kamu terhindar dari aktivitas-aktivitas yang sia-sia, nggak disibukkan sama urusan yang sebenarnya nggak berkaitan sama apa yang bakal kamu pengen raih. Nggak disibukkan dengan sifat iri saat melihat orang lain lebih terkenal karena kita yakin peribadahan kita tujuannya untuk lebih dikenal Allah, bukan manusia. Nggak disibukkan dengan perbuatan-perbuatan curang karena tak ingin aktivitas ibadah kita ternodai oleh dosa. Nggak disibukkan dengan rasa putus asa karena Allah janji bakal menolong hamba yang meminta pertolongan pada-Nya. Kenali eksistensimu sebagai manusia yang diciptakan Allah! Semoga dengan itu, kamu bisa terhindar dari sifat-sifat yang membuatmu sombong dan jumawa serta tidak merendahkan orang lain sepanjang perjalananmu mencapai impian yang pengen kamu raih.
4. Jangan Putus Berdoa, Sebelum, Ketika dan Sesudah
Sebelum masuk ke tahap akhir yang juga jadi poin paling penting, kita balik lagi ke ayat kelima surat Al Fatihah. Seperti yang dijelasin sebelumnya, setengah bagian pertama dari ayat kelima surat ini ngebahas soal apa yang kita berikan kepada Allah, yaitu berupa ibadah hanya untuk-Nya. Lalu, setengah bagian berikutnya?“dan hanya kepada-Mu aku meminta pertolongan.”
Kalau setengah bagian pertama ngejelasin apa yang kita berikan pada Allah, maka setengah bagian berikutnya ngejelasin apa yang ingin kita minta dari Allah, yang kemudian diperjelas di ayat keenam dan ketujuh. Apa yang pengen kita minta?
“Tunjukilah kami jalan yang lurus. Jalan yang Engkau beri nikmat pada mereka. Bukan jalan yang Engkau murkai dan bukan jalan orang-orang yang sesat.”
Terlepas dari apapun tujuan hidup yang bakal kamu pilih ke depannya, jangan lupa berdoa pada Allah, baik sebelum kamu memutuskan A menjadi tujuan hidupmu supaya Allah tunjukin jalan mana yang baik untukmu, ketika tujuan hidup itu kamu jalani agar Allah mudahkan segala kesusahan yang kamu alami selama menjalani proses panjang itu, dan setelah tujuan hidup itu berhasil kamu capai suapay kamu tidak jumawa dan sombong, serta mempersiapkan tujuan baru. Terlepas sebaik apapun perencanaanmu, sekeren apapun tools yang kamu gunain buat ngerancang rencana hidupmu, tanpa mengharapkan Allah dalam setiap langkah yang kamu lalui hanya menjadikan kamu makhluk yang sombong. Masih untung kalau jalan yang kamu tapaki bener, kalau salah? Nah, siapa yang lebih tahu jalan yang kita pilih itu benar atau salah selain Allah?
Karena itulah, poin terpenting sekaligus rangkuman dari poin pertama sampai ketiga tadi sebenarnya adalah kita menyadari sebaik apapun rencana yang kita pilih, sekeren apapun perencanaannya, kita cuma makhluk lemah yang nggak bisa memastikan hasil akhir dari setiap proses yang kita pilih. Karena itu jangan lupa berdoa dan jangan berhenti berdoa.
__________
Tulisan ini merupakan intisari dari materi Ustadz Nouman Ali Khan tentang Surah Al Fatihah
0 komentar