Malam ini, kalau tidak salah, adalah pertemuan kedua saya dengan sesosok wanita luar biasa. Seorang ibu, menantu sekaligus........... (mantan) istri. Ya, mirisnya walaupun ini pertemuan kedua kami, saya masih tidak mengingat nama beliau.
Pernikahan tentu menjadi momen yang ditunggu banyak orang. Sebaliknya, perceraian, siapa coba yang berharap? Namun memang, kadang waktu menyurati takdir yang tak kita inginkan. Di umur pernikahan yang masih muda, dengan anak yang baru dilahirkannya, kita sebut saja Ibu Maryam, ia harus berpisah dengan suaminya.
Bagi sebagian orang, perceraian tidak hanya perpisahan bagi dua insan, namun juga dua keluarga. Mungkin menjadi canggung untuk kembali berkomunikasi, bahkan justru akan mengembalikan kenangan pahit yang ingin dikubur dalam.
Namun tidak dengan Ibu Maryam. Perceraian memang menghilangkan statusnya sebagai istri dari mantan suaminya. Tapi ia tetaplah seorang anak dari menantunya. Baktinya pada suami mungkin usai, namun orang tua dari suaminya tetaplah ibu baginya.
Bila sang mertua ingin keluar kota mengunjungi anak-anaknya, Ibu Maryamlah yang mengantarkannya, menemaninya, walau harus kembali bertemu dengan mantan suaminya. Saya rasa, perih itu tentu masih terukir. Layaknya kaca yang pecah, walau kembali disatukan, masih meninggalkan bekas retakan. Namun Ibu Maryam begitu cantik menyembunyikan itu semua. Ia tetap menjalin hubungan baik dengan keluarga baru sang mantan suami. Pernah saya bertanya perihal sosok Ibu Maryam pada keluarga sang mertua, bagi ibu mertua, Ibu Maryam sudah seperti anaknya sendiri, bahkan lebih ia cintai.
Rasa salut tumbuh walau baru dua kali pertemuan kami. Dari beliau saya melihat sebuah kelapangan hati. Saya tidak tahu alasan kenapa Ibu Maryam bersikukuh berbakti pada keluarga mantan suami dan tidak memilih membangun keluarga baru lagi. Itu tidaklah penting karena ini bukan kisah ketabahan hati satu dua hari, beliau konsisten bertahun-tahun hingga tumbuh remaja anaknya kini.
Semoga Allah memberikan kemulian baginya, layaknya sosok Maryam, walau sendiri tanpa suami, penduduk langit memujinya sebagai salah satu wanuita dengan kemuliaan tertinggi.