Kontradiksi Hati
By Muhammad Abdi Ridha - Desember 15, 2020
Kalian tahu, hati terkadang bekerja diluar nalar yang kita prediksi. Hampa saat memupuk kaya namun bahagia saat berbagi bersama. Padahal berbagi identik dengan kata kurang.
Hati juga bangga saat sibuk mengurusi urusan orang lain yang tidak ada hubungannya namun kosong tatkala bersikap acuh tak acuh dan mementingkan urusan pribadi semata. Padahal, mengurusi hidup orang lain tak lebih dari menambah beban.
Hati juga merasa senang saat mendapati diri sesuatu yang orang lain tak miliki, namun berbalik iri saat orang lain bahagia. Hey, bukankah itu aneh, senang saat orang lain susah dan susah saat orang lain senang. Padahal senang dan susahnya orang lain acap kali tak berpengaruh langsung dalam hidup kita.
Maka hati tak sama dengan pikiran yang berpikir logis. Layaknya labirin, walau urusan yang berhubungan dengan hati memiliki daya tarik tersendiri, ia lebih sering membingungkan.
Namun tak ada yang sia-sia dari setiap yang Zat Yang Maha Teliti ciptakan. Hati dapat menjadi alarm, sebuah lampu kuning peringatan. Ia akan gundah saat pemiliknya melakukan sesuatu menyalahi nurani. Seolah-olah memperingati, “Hey, cukup! Hentikan!”.
Sayangnya, hati juga cenderung pada kenikmatan yang sebagian darinya menggiurkan namun menyesatkan. Maka benarlah nasihat nabi ratusan tahun silam agar umatnya berdoa, “Wahai Zat yang membolak-balikan hati, teguhkanlah hatiku di atas agamamu.”
Hati layaknya perahu yang dikendalikan nahkoda, maka meminta pada Sang Nahkoda menjadi satu-satunya jalan. Mintalah agar hanya dermaga-dermaga kebaikan tempat hati ini berlabuh. Walau ombak kadang tinggi menerjang, ganas, mintalah agar hati ini dikuatkan agar ia tegar mengarungi bahtera kehidupan.

0 komentar