*Curhatan mahasiswa yang dilema saat memiliki keinginan untuk mengikuti perlombaan
Bismillahirrahmanirrahim
Sebagai mahasiswa tingkat akhir, bila saya bermimpi untuk mengukir beberapa prestasi lagi sebelum pada akhirnya berhasil meraih toga hitam kelulusan bukan hal yang salah bukan? Terlepas setiap orang punya alasan masing-masing. Ada yang sebagai wadah membentuk pola pikir, proses belajar, menambah pengalaman, dll. Dan semoga Allah meridhai latar belakang niat saya ini dan dijauhkan dari keinginan berlandaskan pandangan riya.
Masih soal prestasi, banyak alternatif yang dapat dipilih bukan. Karena seyogyanya prestasi memiliki artian sebuah pencapaian dalam artian luas, salah satunya pencapaian dalam mengikuti suatu ajang perlombaan. Poin ini yang sedari dulu memiliki daya tarik besar. Tak jarang beberapa tema perlombaan menarik minat saya. Namun ya mungkin ada yang nyeletuk, "kalau tertarik kenapa nggak ikutan?"
Dari dulu ada hal yang selalu mengganggu batin saya sesaat sebelum mendaftar perlombaan tertentu, khususnya lomba yang memiliki persyaratan biaya pendaftaran. Yang menjadi persoalan, benarkah saya tengah mengikuti suatu event lomba, atau mohon maaf sebuah ajang perjudian di antara kaum elit intelektual.
Kenapa saya sampai berasumsi seperti ini? Akan saya coba jelaskan dengan mengambil sebuah contoh kasus analogi.
Apa itu penjudian? Mungkin secara singkat dapat diartikan bahwa kegiatan yang mana orang yang terlibat (atau ikut bermain) mempertaruhkan uang atau benda dengan jumlah tertentu, kemudian dilakukan permainan atau pengundian, dan pihak yang menang akan mendapatkan semua uang atau pun barang yang telah dipertaruhkan secara kumulatif.
Kemudian saya mengambil contoh kasus lain.
Sebuah event perlombaan mensyaratkan pada setiap peserta untuk membayar biaya pendaftaran sebesar 100 ribu rupiah. Kemudian panitia melakukan proses seleksi dan penjurian. Didapatilah tiga peserta terbaik dan dipilih menjadi tiga orang yang berhak berada di posisi juara. Ketiga pemenang ini berhak mendapatkan sejumlah hadiah. Yang menjadi pertanyaan, dari mana sumber hadiah ini, lalu untuk apakah biaya pendaftaran tadi?
Tidak semua lomba memiliki sponsor dibalik event mereka. Dan tidak semua lomba juga yang tidak mensyaratkan para peserta untuk membayar biaya pendaftaran. Namun bila ini dilakukan, sekali lagi yang menjadi pertanyaan untuk apakah biaya pendaftaran tersebut?
Saya tidak terlalu banyak terlibat dalam berbagai organisasi kepanitian. Ya mungkin ini yang menjadi alasan kenapa saya tidak tahu sepenuhnya kemana uang pendaftaran peserta itu bermuara. Namun jika saya boleh berasumsi, bila biaya pendaftaran itu dipergunakan untuk alokasi dana masuk hadiah perlombaan, atau mungkin teruntuk fasilitas-fasilitas yang akan didapatkan para pemenang, seperti tiket gratis ke wisata ini, mendapatkan penginapan gratis, dll, walau proporsional, bukankah tidak ada bedanya kita dengan para pejudi-pejudi ingusan yang sibuk begadang meninggalkan anak istri semalaman?
Saya coba menggabungkan kedua analogi di atas. Bukannya kedua kejadian tersebut memiliki syarat-syarat yang sama, ada pihak yang terlibat, pihak terlibat diminta mengeluarkan sejumlah uang, kemudian ada hadiah yang diperuntukkan untuk pemenang yang mana sumber dananya sebagian atau seluruhnya berasal dari dana "patungan" para pemain. Dan bila kita lihat dari sisi pihak yang tidak menjadi pemenang alias kalah, bukankah di dua kejadian tersebut mereka sama-sama dirugikan? Bukankah jika itu memang suatu kebaikan, bukan penjudian, seharusnya tidak ada pihak yang beruntung karna di sisi yang lain suatu pihak rugi bukan? Alias satu untung karena mengambil keuntungan dari pihak yang merugi.
Lantas, apakah menjadi haram suatu perlombaan?
Tidak. Pada dasarnya suatu perlombaan itu hukumnya boleh. Suatu ketika Rasulullah saw pernah mengikuti lomba lari bersama 'Aisyah r.ha. (Lihat Kitab Sunan Abu Dawud Hadits no. 2578). Namun islam mengatur tata cara perlombaan yang mendorong pada kemaslahatan dimana tidak ada unsur judi di dalam nya (lebih lengkap dapat dibuka kitab-kitab fiqih yang menjelaskan tentangnya beserta hal-hal yang menjadi pengecualian, dan lebih baik langsung bertanya pada orang yang paham akan hal ini). Cuitan lepas ini diperuntukkan agar kita, khususnya saya, terhindar dari kesalahan fatal di berbagai aspek kehidupan yang sudah dianggap biasa.
Mohon maaf jika ada salah kata 🙏